Minum Kopi 5 Gelas Per Hari, Bayi 14 Bulan Jadi Pecandu Kopi, Nangis Jika Tak Diberi.

Loading...
Fakta-fakta Khadijah Haura, bayi 14 bulan yang setiap hari minum 5 gelas kopi karena orangtua tak mampu beli susu.

Khadijah Haura, bayi asal Polewali Mandar yang viral karena minum kopi tubruk sebagai pengganti susu setiap hari tengah menjadi perbincangan.


Kedua orangtua Khadijah Haura, Sarifudin dan Anita yang hanya bekerja sebagai buruh pengupas kopra mengaku tak mampu membelikan susu kepada putrinya.

Bahkan, karena kebiasaan minum kopi ini lah, Khadijah akan menangis jika tidak diberi kopi sebelum tidur.

Khadijah akan sulit tidur jika tak minum kopi sebelumnya.Berikut fakta di balik bayi 14 bulam minum kopi 5 cangkir setiap hari:

1. Minum kopi sejak usia enam bulan

Anita mengatakan, kebiasaan anaknya menyeruput kopi sejak ia berusia 6 bulan.

Meski mengonsumsi kopi, pertumbuhan fisik bayi itu seperti anak normal lainnya.

Diakui Anita, anaknya (Hadijah) tergolong super aktif. Meski usianya baru 14 bulan, Hadijah sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.

Hadijah bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.

2. Tak mampu beli susu

Anita mengaku terpaksa memberikan kopi kepada anaknya karena tak mampu membeli susu.

Gaji Rp 20.000 sebagai buruh kupas kopra bersama suaminya, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur kecil keluarganya.

"Ya mau diapalagi, pendapatannya tidak cukup untuk membeli susu. Terpaksa setiap hari hanya diberi dot berisi kopi. Bahkan ia tak bisa tidur kalau tidak minum kopi. Biasa merengek minta kopi sebelum tidur,” jelas Anita saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu (14/9/2019).

3. Bekerja sebagai pengupas kopra

Anita mengatakan, ia dan suaminya Sarifuddin hanya menggantungkan hidup dari upah bekerja sebagai pengupas kopra.

Saat musim panen, lanjutnya, suaminya kerap beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya lebih besar.

Setelah musim panen, suaminya kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra.

Selama sehari bekerja, maksimal ia mendapatkan penghasilan bersama suaminya hingga Rp 40.000.

Itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra. Saat bahan bakunya habis ia kerap beristirahat sampai ada bahan baku terkumpul untuk diolah.

4. Khawatir pertumbuhan anak

Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.

Kalau ada upah setiap hari itu biasanya hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari, itu pun kadang tidak cukup.

Selama ini Anita mengaku tak pernah mendapatkan bantuan susu atau asupan gizi dari dinas kesehatan untuk anaknya.

5. Dinkes datangi kediaman Hadijah

Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Polman mengatakan, pihaknya telah mengunjungi anak tersebut dan memberi bantuan berupa biskuit dan susu.

Dinkes juga telah memberikan pemahaman kepada orangtua anak tersebut agar tidak lagi memberi kopi.

"Karena kalau lama kelamaan nanti ada efeknya karena mengandung kafein dan mengandung banyak gula," jelasnya. 

Kepala Dusun Bulung, Desa Tonro Lima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, Sarifuddin membantah warganya miskin hingga tak kuat membeli susu bagi Khadijah Haura, bayinya yang masih berusia 14 bulan.

Sarifuddin, membantah warganya miskin sehingga tidak mampu membeli susu untuk bayinya yang berusia 14 bulan, dan menggantinya dengan kopi tubruk.

Menurut sang Kepala Dusun Bulung yang namanya sama dengan nama ayah bayi 14 bulan tersebut, memang pekerjaan Sarifuddin dan Anita, orangtua bayi Khadijah Haura, hanyalah buruh pengupas kopra.

Namun keduanya tinggal di rumah mertua yang dinilainya masih layak.

Mertua pasutri ini juga bukan masuk golongan warga miskin.

"Tidak miskin ini. Kalau pekerjaan saya akui hanya buruh kupas kopra," katanya kepada Kompas.com, Senin (16/9/2019) sore.

Sebelumnya, Anita mengaku kerap memberikan kopi tubruk ke Khadijah karena ia tak mampu membeli susu.

Meski khawatir dengan perkembangan kesehatan buah hatinya yang terus menerus disuguhi kopi, Anita mengaku tidak punya banyak pilihan karena alasan pendapatan rumah tangga.

Tumbuh normal

Seperti diberitakan sebelumnya, bayi 14 bulan bernama Khadijah terbiasa menyeruput kopi tubruk sejak ia berusia enam bulan.

Sarifuddin dan Anita beralasan mereka terpaksa menyuguhi kopi tubruk ke anak pertamanya itu lantaran tak mampu membeli susu.

Meski mengonsumsi kopi tubruk, pertumbuhan fisik bayi Khadijah seperti anak normal lainnya.

Khadijah tergolong anak super aktif. Meski usianya baru 14 bulan, dia sudah mahir berjalan sendiri, hingga aktif bermain bersama teman-teman sebayanya.

Anak pertama pasangan Sarifuddin dan Anita dari Desa Tonro Lima ini bahkan kerap membuat kedua orangtuanya tak bisa tidur lantaran bocah ini aktif bermain sendiri.

Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Sumber : TribunMataram.com/ Salma Fenty
Loading...
Back To Top